Taman Nasional Gunung Merapi

Taman Nasional Gunung Merapi merupakan kawasan dengan ekosistem yang spesifik, yaitu kawasan hutan tropis dengan nuansa volkan (dipengaruhi oleh adanya aktivitas gunung berapi). Karakteristik ekosistemnya memiliki berbagai variasi, mulai dari ekosistem montana, tropical montain forest, hutan sekunder, hingga hutan tanaman.
 
Gunung Merapi merupakan kawasan unik dengan ke- khasan geosystem, biosystem dan sociosystem. Kawasan ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai sumber air bersih, sumber udara bersih dan kenyamanan lingkungan. Kawasan ini merupakan daerah tangkapan air dengan beberapa hulu sungai yang mengairi tidak saja kawasan Merapi, tetapi kawasan lain di bawahnya, sehingga Gunung Merapi sering disebut sebagai "Jantung atau Nyawa" Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara sosio kultural Gunung Merapai dipercayai memiliki keterkaitan secara supranatural dengan masyarakat Gunung Merapi. Sehingga banyak upacara ri- tual yang dilakukan masyarakat berkaitan dengan Gunung Merapi.
Sejak tahun 2004, Menteri Kehutanan  merubah fungsi kawasan  Hutan Lindung, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam pada kelompok hutan  Gunung Merapi seluas ± 6.410 hektar, yang terletak di Kabupaten Magelang,  Boyolali dan Klaten,  Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, Provinsi  Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Taman Nasional Gunung Merapi.

Fisik
Secara geologis, wilayah Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada perpotongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau Jawa, dan batuan utama penyusun Gunung Merapi terdiri dan 2 fase,  yaitu :
1. endapan vulkanik Gunung Merapi Muda, yang tersusun oleh tufa, lahar, breksi, dan lava andesitis hingga basaltis yang penyebarannya merata di  seluruh wilayah Gunung Merapi.
2. endapan vulkanik kwarter tua yang terdapat secara lokal pada topografi perbukitan kecil di sekitar Gunung Merapi Muda, yang merupakan bagian dari aktivitas Gunung Merapi Tua, yaitu terdapat di bukit Gono, Turgo, Plawangan, Maron dan dinding bagian timur kawah Gunung api Merapi (Geger Boyo).

Topografi
Bentuk bentang lahan yang ada sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju ke segala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai kearah bawah. Le- reng Merapi bagian timur (Selo) relatif lebih terjal, sementara di bagian barat dan utara (Babadan, Kinahrejo) relatif lebih landai. Arah letusan gunung api sangat jarang menuju ke timur, yang paling sering menuju ke arah barat daya. Proses letusan sering terjadi, dan lereng barat sering menerima dampak letusan, sehingga lereng barat akan semakin landai.

Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ke- tinggian 1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30º. Wilayah yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12º - 30º  terletak pada ketinggian 750 - 1.500 m dpl, dan daerah inilah  yang merupakan daerah resapan air.

Iklim
Tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim C atau agak basah. Curah hujan bervariasi de- ngan curah hujan terendah sebesar 875 mm/tahun dan curah hujan tertinggi sebesar 2527 mm per tahun. Bulan basah terjadi pada bulan November sampai dengan Mei sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober.  

Hidrologi  
Secara umum di wilayah Gunung Merapi terdapat 3 Daerah aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Progo (bagian barat), DAS Opak (bagian tengah) dan DAS Bengawan Solo (bagian timur). Sistem sungai yang terbentuk oleh ketiga sungai besar tersebut akan membentuk tiga bagian pola aliran sungai sebagai berikut  :  
a. Berawal dari kerucut Gunung Merapi, anak-anak sungai menyebar membentuk pola  aliran radial centrifugal.
b. Di bagian lereng kaki gunung, anak-anak sungai tersebut mengalir relatif sejajar menuruni lereng, membentuk pola sub parallel.
c. Seluruh anak sungai, masuk ke sungai utamanya di dataran alluvial kaki lereng volkanik yang membentuk pola aliran sub dendritik.  
 
Kawasan ini juga merupakan kawasan dengan cadangan air tanah yang melimpah dan banyak dijumpai mata air yang banyak dimanfaatkan untuk irigasi, perkebunan, peternakan, perikanan, obyek wisata dan juga untuk air kemasan.
Biotik
Taman Nasional Gunung Merapi memiliki tiga zona penyusun vegetasi, yaitu :
1. Zona atas; pada zona ini berlangsung proses xyrocere, yaitu suksesi primer yang terjadi pada hutan batuan kering, sehingga vegetasinya didominasi jenis lumut, rerumputan, herba dan perdu.
2. Zona tengah, merupakan hutan alam pegunungan tropis (Tropical mountain forest).
3. Zona bawah, merupakan zona interaksi antara manusia dan alam yang vegetasinya didominasi oleh tanaman de- ngan pola agroforestry, yang meliputi agroforestry pola rumput-rumputan, pola komoditi komersial, pola holtikultura, pola pangan dan pola kayu-kayuan.

Flora
Pada kawasan hutan Gunung Merapi dijumpai ± 72 jenis flora. Hutan primernya didominasi oleh jenis serangan (Castanopsis argentia),  hutan sekunder dan hutan tanamannya didominasi oleh jenis puspa (Schima walichii) dan pinus (Pinus merkusii).  Disamping itu pada kawasan hutan ini dijumpai jenis anggrek endemik dan langka, yaitu Vanda tricolor.

Jenis anggrek yang ada di kawasan ini tidak kurang dari 47 jenis, antara lain Dendrobium saggitatum, D. crumenatum, Eria retusa, Oboronia similis, dan Spathoglottis plicata.

Jenis-jenis lainnya, antara lain Acacia decurens, Bambusa spp, Albizia spp, Euphatorium inufolium, Lithocarpus elegans, Leucena galuca, L. leucoocephla, Hibiscus tiliaceus, Arthocarpus integra, Casuarina sp, Syzygium aromaticum, Melia azadirachta, Erytrina variegata, dan Ficus alba.

Disamping itu terdapat jenis tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan mereka, seperti jenis rumput, Imperata cylindrica, Panicum reptans, Antraxon typicus dan Pogonatherum paniceum.
Fauna
Potensi fauna di kawasan Gunung Merapi mencakup mamalia, reptil dan burung.

Mamalia; beberapa jenis diantaranya, yaitu macan tutul (Panthera pardus), kucing besar (Felis sp), musang (Paradoxurus hermaprodus), bajing (Laricus insignis), bajing kelapa (Colosciurus notatusi), kera ekor panjang (Macaca fascilcularis), lutung kelabu (Presbytis fredericae), babi hutan (sus scrofa , S. vittatus), kijang (Muntiacus muntjak), dan rusa (Cervus timorensis).

Burung; Hasil inventarisasi tahun 2001 diketahui bahwa kawasan Gunung Merapi memiliki 99 jenis burung. Beberapa diantaranya memiliki status endemik,  antara lain  elang jawa (Spizaetus bartelsi), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung madu jawa (Aethopyga mystacalis), burung madu gunung (A. eximia), cabai gunung (Dicaeum sanguinolenium), cekakak gunung (Halcyon cyanoventris), Gemak (Turnix silvatica) dan serindit jawa (Loriculus pusilus). Beberapa jenis lainnya, seperti elang hitam (Ictinaetus malayensis), jalak suren (Strurnus contra), betet (Psittacula alexandri), alap-alap macan (Falco severus) , elang bido (Spilornis cheela), dan walet gunung (Collocalia volcanorum).

Reptil; Jenis reptil, antara lain ular sowo (Dytas coros), ular gadung (Trimeresurus albobabris) dan bunglon (Goneocephalus sp.)
Wisata
Taman Nasional Gunung Merapi memiliki potensi wisata bernuansa volkan yang  sangat luar biasa. Beberapa tempat dan atraksi yang dapat dinikmati dan dikembangkan di kawasan ini, antara lain; Kawasan puncak merapi, atraksi panorama air terjun yang indah, area Jalur Treking Kinahrejo, arsitektur tradisional Jawa dan lain-lain.

Pengelolaan
Taman Nasional Gunung Merapi adalah taman nasional yang baru saja ditunjuk pada tahun 2004 lalu, sehingga belum memiliki unit pengelola sendiri dan pengelolaannya masih dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam DI Yogyakarta, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.  
  
Sementara ini, obyek-obyek wisata yang ada di Taman Nasional Gunung Merapi dikelola oleh berbagai instansi meliputi Dinas pariwisata, Dinas Kehutanan, Perum Perhutani, Swasta, dan masyarakat/Desa.

Dikutip dari berbagai sumber (Habarudin Aco/Staff LEMBAR Indonesia). 

0 comments:

Post a Comment