Lembar, sebagai salah satu wadah bagi mahasiswa Biologi penerima beasiswa Nagao NEF mencanangkan sebuah program ”Marine Expedition” di Lombok Timur yang berlangsung selama 2 minggu (16-30 Januari 2007). Seperti apakah kegiatan ini berjalan? Mari kita ikuti hasil liputannya …..
Sistem seleksi diterapkan disini, untuk menentukan 5 peserta sebagai perwakilan dari setiap kampus (Univ. Negeri Jakarta, Univ. Indonesia, Univ. Nasional, Univ. Islam As-Syafi’iyah dan Univ. Pakuan). Kriterianya antara lain: Aktif sebagai mahasiswa di kampus masing-masing, mempunyai pengalaman dibidang kelautan, bias berenang, nilai GPA diatas 2,5 dan tidak sedang menderita tertentu. Setelah lolos kriteria tersebut diatas dan melalui proses wawancara, lima mahasiswa dipilih sebagai peserta ekspedisi, yaitu : Fika Afriyani (UI), M. Astrid K. N (UI), Rahmalia Nurul (UNAS), Wahyuni B. (UIA) dan Dwi Widyanti O. S. (UIA).
Ekspedisi kali ini dibagi menjadi 2 tim pengamatan, yaitu Marine Botany & Invertebrate. Komposisi dari kedua tim ditentukan oleh fasilitator, yakni: Fika & Wahyuni termasuk tim Marine Botany, sedangkan Astrid, Lia dan Dwi sebagai tim Invertebrate. Pelaksanaan program juga diikuti oleh peserta lokal dari Komunitas 2 Pulau (K2P) demi mempererat tali persaudaraan serta saling tukar-menukar informasi dalam memperkaya ilmu pengetahuan Biologi khususnya bidang kelautan.
Sebenarnya program ini memiliki dua tujuan penting, bukan hanya untuk memperoleh data dari hasil penelitian biota laut, tetapi juga membawa visi dan misi sosial. Maksudnya adalah untuk membangun komunitas sosial berbasis konservasi lingkungan, dengan harapan terciptanya kelestarian alam laut di sekitar lokasi penelitian, yaitu Gili Sulat dan Gili Lawang. Hal ini dilakukan karena kami menyadari bahwa masyarakat lokal amat berperan penting terhadap keberlangsungan habitat laut disekitarnya, sebab keseharian mereka bersentuhan langsung dengan sumber daya alam laut Gili Sulat dan Gili Lawang.
Penelitian berlangsung selama 4 hari (18-21 Januari 2007). Stasiun penelitian (8 Stasiun) ditentukan berdasarkan empat arah mata angin dari Gili Sulat dan Gili Lawang. Setiap stasiun hanya terdiri dari satu titik (tidak dilakukan pengula ngan) disebabkan pertimbangan cuaca yang kurang memadai untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Metode yang dipilih oleh kedua tim ialah Belt transect dan Line Intercept Transect (LIT). Belt transects dipilih oleh tim Marine Botany dengan menarikan garis transek sejajar garis pantai sepanjang 50 meter dan lebar kanan-kiri transek sejauh 3 meter. Tim Invertebrate yang menggunakan metode LIT membentangkan transeknya sepanjang 70 meter dengan lebar kanan-kiri 1 meter sejajar dengan tubir di kedalaman sekitar 1-2 meter.
Sebelum ditentukannya titik pengamatan, kedua tim melakukan penelusuran daerah sekitar stasiun yang dianggap memadai untuk memperoleh data yang bervariasi. Disela-sela waktu, kami tidak mau meninggalkan kesempatan yang langka ini untuk ber-pose di depan kamera to say cheese… bersama kekayaan laut Gili Sulat dan Gili Lawang Lombok Timur.
Setiap malamnya, data yang diperoleh dikumpulkan sampai pada akhirnya dianalisis, rekapitulasi, dibahas dan dievaluasi perkembangannya. Tim Marine Botany melakukan sampling beberapa makroalga dan lamun yang belum bisa diidentifikasi secara langsung. Sedangkan tim Invertebrate tidak melakukan sampling, tetapi mendokumentasikan setiap biota yang termasuk ke dalam data, untuk kemudian diidentifikasi sekembalinya di Jakarta.
Hasil sementara menunjukkan bahwa tim Marine Botany berhasil mengklasifikasikan data yang diperoleh menjadi 3divisi (Chlorophyta, Rhodophyta dan Phaeophyta) dari golongan makroalga (seaweed) dan 7 genus yang termasuk ke dalam golongan lamun (sea grass). Tim Invertebrate mengelompokkan datanya dalam tingkatan kelas, mereka berhasil memperoleh 6 kelas dari total individu 365 di Gili Lawang. Di Gili Sulat diperoleh 8 kelas yang terdiri dari 433 individu. Biota Invertebrate yang diamati hanya dibatasi dari 3 filum, yaitu : Annelida, Echinodermata dan Mollusca.
Menurut hasil pengamatan kami, kondisi terumbu karang di lokasi penelitian telah mengalami banyak perubahan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti membom, membius, penggunaan potasium, memanah dan cara-cara eksploitasi lainnya sebagai penyebab hancurnya habitat. Kemungkinan hal ini terjadi karena mata pencaharian penduduk sekitar kawasan yang mayoritas sebagai nelayan menggantungkan perekonomian terhadap hasil alam laut, baik itu ikan konsumsi, ikan hias, ataupun biota laut lainnya yang berpotensi untuk menghasilkan pendapatan mereka.
Melihat kondisi ini, kami merasa berkepentingan untuk menyadartahukan mereka mengenai nasib ekosistem terumbu karang di masa depan. Setidaknya dengan meng ikutsertakan beberapa penduduk lokal dalam program kami inilah, diharapkan adanya transfer informasi terhadap potensi dan ancaman di Gili Sulat dan Gili Lawang.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, kedua tim yang tinggal menetap sementara di rumah penduduk (home stay) menyampaikan hasil penelitiannya dalam bentuk presentasi sederhana kepada masyarakat dusun Dasan Baru yang kami undang dalam acara farewell party sebelum kami kembali ke Jakarta. Presentasi ini juga menyisipkan pesan penting untuk lebih peduli dan menjaga alam laut sekitar kawasan yang tentunya amat berguna bagi keseharian mereka.
Farewell party ini juga mengagendakan visi dan misi sosial yang dibawa, yakni untuk mencoba membangun komunitas berbasis konservasi lingkungan. Mai Anzai sebagai volunteer Lembar membantu kami dalam hal penyampaian bagaimana cara menangani tamu yang datang ke home stay melalui cerita bergambar. Beberapa contoh kasus yang digambarkan adalah mengenai kebersihan lingkungan, sanitasi air, penyediaan toilet, menu makanan tradisional yang bervariasi, pengadaan listrik, hasil karya kerajinan tangan yang bisa dijadikan buah tangan bagi para tamu serta hal-hal menarik lainnya.
Acara puncak yang tentunya telah dinantikan adalah makan bersama dengan menu yang telah dipersiapkan oleh kami beserta ibu-ibu sekitar home stay. Hidangan utamanya ialah ikan bakar dengan bumbu kecap yang mmm….. menggugah selera. Tidak jauh dari perkiraan bahwa semua hidangan tak tersisa sedikitpun hingga kami hampir tidak sempat untuk ikut menikmati kelezatannya.
Bukan berarti farewell party ini menuntaskan semua kegiatan kami. Keesokan paginya kami berkumpul bersama Ibu, bayi dan balita di Posyandu terdekat untuk mensosialisasikan pentingnya asupan gizi yang cukup bagi sang Ibu, bayi dan balita. Kami hanya mampu menyediakan sedikit bingkisan berupa bubur kacang hijau dan biskuit yang cukup mewakili sebagai contoh menu yang bergizi tetapi terjangkau.
Sisa hari yang ada kami gunakan untuk berkunjung ke beberapa sekolah terdekat, seperti Madrasah Ibtida’iyah Nahdatul Waton dan SDN Tekalok (filial). Masih bersama peserta dari K2P, kami berkolaborasi untuk menyampaikan pesan konservasi sedini mungkin kepada siswa-siswi lokal dengan cara bernyanyi, bermain, mendongeng, mewarnai dan menggambar. Mereka terlihat sangat antusias dan terasa haus akan informasi dari luar sekolah. Kami merasa beruntung bisa mengikuti program ini yang begitu sarat dengan manfaat dan wawasan.
Kunjungan kami yang lain yang tidak kalah menariknya adalah menelusuri kawasan pasca banjir bandang di Blanting tahun lalu. Masih jelas terlihat sisa-sisa kerusakan yang belum ditanggulangi, tetapi sudah banyak pula ba- ngunan-bangunan baru sebagai pengganti tempat tinggal penduduk yang habis tersapu oleh banjir.
Belum lengkap rasanya jika tiba di pulau Lombok, tetapi tidak menginjakkan kaki di Taman Nasional Gunung Rinjani. Alhamdu lillah, lagi-lagi kami merasa beruntung dapat merasakan udara segar kawasan gunung Rinjani, walaupun hanya di lerengnya saja. Kami menyempatkan diri untuk menuju ke lokasi air terjun terdekat yang diberi nama air terjun Sindang Gila. Ternyata di dekat lokasi air terjun ini ada sebuah terowongan yang didesain sebagai objek pariwisata yang menarik. Kami berjalan disepanjang terowongan dengan aliran arus air yang cukup deras, sehingga langkah kamipun begitu tertata sambil menikmati perjalanannya yang tak terlupakan.
Rasanya belum cukup kami menggambarkan asyiknya perjalanan kami ini, tetapi waktu memang terbatas dan mungkin kelak kita masih bisa berbagi di cerita baru yang lebih dan semakin menantang…..
(By : Endah Susianti)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment