Suatu kesempatan berharga bagi saya, Mutia Hardhiyuna (Universitas Negeri Jakarta) dan dua orang teman lainnya yaitu Hesti Purnamasari (Universitas Pakuan) dan Arief Syaifudin (Universitas Islam As-Syafi’iyah) karena kami terseleksi sebagai duta dari Indonesia dalam acara Nagao International Workshop NEF (Nagao Natural Environment Foundation) Scholarship Program yang telah berlangsung di Vietnam pada tanggal 21– 27 Januari 2007. Selain itu kami juga didampingi Bapak Aep Saefurahman (dosen Universitas Pakuan) dan Bapak Imran Tumora (komite NEF Indonesia).
Dalam workshop ini, kami dapat menjalin persahabatan dengan mahasiswa penerima beasiswa NEF scholarship program beserta dosen dan komite NEF dari lima negara di Asia Tenggara, diantarsanya : Malaysia, Filipina, Laos, Myanmar dan Vietnam. Dalam acara ini juga hadir komite NEF dari Jepang yaitu Mr. Suzuki dan Mrs.Yae Sano, para professor dari Vietnam National University serta panitia penyelenggara yaitu CRES (Centre for Natural Resourses of Enviromental Studies) dari Vietnam.
Workshop ini dikemas dengan berbagai aktivitas yang menarik seperti : traditional games, traditional culture, camp fire, city tour, farewell party dan kunju- ngan ke Wetland, Quat Lam Beach, kawasan mangrove (pengamatan burung), Cuc Phuong National Park (CPNP), penangkaran primata dan mamalia di CPNP serta menyaksikan atraksi menarik dari suku Meung yaitu suku asli Vietnam yang tinggal di dalam CPNP. Acara inti dari workshop ini adalah presentasi dan diskusi me- ngenai konservasi lingku-ngan dari mahasiswa masing-masing negara.
Kami berangkat dari Hanoi dengan bus ke CPNP. Di perjalanan terlihat benta- ngan sawah yang luas (Vietnam merupakan negara kedua penghasil beras tertinggi di dunia), serta danau-danau dan makam yang bercorak khas Vietnam yang terletak diantara sawah-sawah dan dikelilingi rumah penduduk.
Setibanya di CPNP kami berkunjung ke zona inti taman national dan melihat Ancient Tree. Sejak tahun 1962 ditetapkan Cuc Phuong sebagai Taman Nasional yang luasnya sampai saat ini yaitu 22.200 Ha. Pada malam hari di taman nasional diadakan pertunjukan pakaian dan budaya tradisional dari mahasiswa di setiap negara dan games for introduction. Keesokannya adalah presentasi dari panitia penyelanggara, pihak taman nasional, komite Nagao Jepang dan para profesor mengenai upaya konservasi lingkungan. Setelah itu, untuk mempererat keakraban maka diadakan traditional games dari masing-masing negara. Ternyata hampir semua negara memiliki permainan “Tapak Gunung” yang sangat familiar di Indonesia.
Maka tibalah saatnya pada acara utama yang diselenggarakan hari berikutnya yaitu presentasi dari mahasiswa. Mahasiswa Indonesia mendapatkan kesempatan pertama untuk mempresentasikan makalah nya yang berjudul “Javan-hawk Eagle Conservation in Indonesia”. Kami sangat senang dapat meng-informasikan mengenai makalah ini tetapi perasaan kami bercampur-baur dengan perasaan gugup ditambah dengan udara dingin sekitar 130C. Para audience sangat antusias. Pada saat diskusi, salah seorang mahasiswa dari Vietnam menanyakan apakah Elang Jawa dapat diletakkan di kebun binatang di Vietnam karena mereka ingin melihat Elang Jawa secara langsung. Selain itu, ada yang menanyakan pengaruh flu burung terhadap Elang Jawa.
Setelah itu, kami dapat mengetahui keadaan lingkungan di masing-masing negara melalui presentasi dari mahasiswa berbagai negara, Laos dengan sumber daya alam di negaranya dan Filipina dengan kesuksesan dari manajemen konservasi salah satu pulau yang memperkaya keanekaragaman hayatinya. Mahasiswa dari Malaysia, Vietnam dan Myanmar adalah mahasiswa postgraduate (pasca sarjana) sehingga mereka mempresentasikan hasil penelitian di negaranya masing-masing.
Selain itu terdapat aktivitas yang sangat menyenangkan yaitu kunju- ngan di luar taman nasional ke Wetland yang merupakan objek wisata yang sangat menarik dan dikelilingi dengan perahu tradisional. Kawasan ini merupakan kawasan rawa yang disekeli-lingnya terdapat pegunu- ngan batu yang berliku-liku. Terdapat sekitar 50 pegunungan batu dan gua yang sangat indah. Selain itu kami melakukan pengamatan burung di kawasan mangrove dengan perahu. Disini terdapat burung endemik yaitu Black Spoon Bills dan burung-burung air lainnya yang juga terdapat di Indonesia seperti Egretta. Mangrove di kawasan ini kanopinya tidak begitu rapat seperti di Indonesia dan banyak mangrove yang baru tumbuh. Setelah itu kami menginap di Saigoon Hotel di depan Quat Lam Beach.
Dari semua pengalaman tersebut, hal yang paling menarik adalah memiliki teman-teman baru dari berbagai negara dengan latar belakang pendidikan yang tidak jauh berbeda. Keakraban terjalin dan kenangan indah terjaga selamanya. Semoga dengan diadakan kegiatan seperti ini oleh NEF, maka dapat menggalakkan upaya konservasi lingkungan di setiap negara khususnya di Indonesia serta menjalin hubungan persahabatan antar universitas dari berbagai negara.
By : Mutia Hardhiyuna/NEF Scholar’s from UNJ
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment