Penyakit Sayap & Paruh Pada Burung Paruh Bengkok

Penyakit sayap dan paruh pada burung berparuh bengkok (PSPB) telah diketahui pada tahun 1975 oleh Dr. Ross Perry, Sidney.
Penyakit ini menular dan menjangkiti burung yang termasuk dalam famili Psitaciformes (atau lebih umum dikenal dengan sebutan burung paruh bengkok). 

PSPB disebabkan oleh virus yang termasuk famili Circoviridae. Struktur molekul genom virus ini kira-kira 2.000 kaki, sirkular, DNA single strand. Circovirus dikenal merupakan virus terkecil dengan ukuran 14-19 nm. Virus PSPB sangat menyerupai Circovirus Porcine dan juga virus-virus pada beberapa tanaman seperti virus Banana Bungy. Infeksi fatal umumnya menyerang burung muda, sedangkan pada burung yang lebih dewasa memiliki efek tidak berlanjut.

Gejala
Burung yang terkena virus ini akan kehilangan bulu, pertumbuhan bulu tidak normal, bulu berkurang, Powder Down yang berkurang, paruh abnormal, luka simetris pada paruh, paruh retak bahkan patah, pada kuku juga terdapat luka.
Penurunan kekebalan tubuh, kehilangan berat badan secara drastis, dan kemungkinan mengalami depresi pada tingkat tertentu.
Masuknya kuman sekunder, fungi, bakteri atau infeksi parasit biasanya dapat terjadi akibat menurunya system imun akibat dari infeksi PSPB.

Penularan
PSPB dapat menular dari satu burung ke burung lain, namun penyakit ini tidak bersifat zoonosis (penyakit hewan yang menular ke manusia). Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung, terhirup dalam udara, makanan, terinfeksi materi feses, dan debu-dari bulu. Virus juga dapat menyerang melalui kontaminasi luar seperti dari burung carrier, formula makanan, peralatan makan, pakaian dan materi-materi yang terdapat di kandang.
Partikel kuman, bila tidak dihancurkan dapat terus bertahan dilingkungan selama beberapa bulan setelah infeksi pada burung telah selesai.

Pencegahan
Peternak burung harus mengontrol kondisi burung-burung yang ada, agar terbebas dari PSPB dan membiarkan burung-burung yang terinfeksi tetap dalam karantina.
Penggunaan desinfektan yang tepat diperlukan sehingga virus dan lalat yang terkontaminasi tidak aktif. Kandang serta ruangan harus diberi desinfektan. PSPB sulit untuk dikarantina. Burung-burung carrier terlihat normal secara klinis tetapi melahirkan keturunan yang berpenyakit. Untuk itulah perlu membiarkan burung dikarantina.
Isolasi secara ketat terhadap semua burung yang terkena penyakit merupakan cara agar laju penularan penyakit dapat terhenti. Tes DNA merupakan salah satu cara agar setiap spesies tidak terinfeksi.

PSPB di Indonesia
Laporan mengenai wabah penyakit ini di Indonesia masih sangat rendah, apalagi studi spesifik tentang penyakit ini. Padahal informasi mengenai penyakit ini pernah tercatat di beberapa lokasi seperti di klinik drh. Ida Lestari Soedijar, PPS Tegal Alur dan penagkaran burung di Sukabumi. Penyakit mematikan bagi burung paruh bengkok ini bukan tidak mungkin banyak menjakiti burung paruh bengkok di kandang penangkaran di Indonesia. Namun rendahnya pengetahuan dan informasi mengenai penyakit ini menjadikan tidak terpublikasi luas.

0 comments:

Post a Comment